Jumat, 02 Maret 2018

Perkembangan Peran Gender

Adanya perebedaan antara laki-laki dan perempuan secara biologis sudah terjadi sejak masa konsepsi, masa perekembangan emberiologis dan masa akil baligh. Secara sosiokultural perbedaan tersebut dikembangkan  sesuai dengan kondisi yang berlangsung di kalangan etnis yang bersangkutan. Namun kenyataan historis ternyata di hampir semua etnis bangsa-bangsa di dunia, seringkali perbedaan biologis itu diterjemahkan  terlalu jauh dalam peran gender. Te;lah terjadi kesenjangan dikotomis dalam peran gender yang tidak proporsional dan sangat merugikan martabat perempuan.  Karena ketidakadilan gender itu sudah belangsung dari generasi ke generasi di hampir semua etnis bangsa-bangsa, maka ketidakadilan itu menjadi sulit diidentifikasi ketidakadilannya. Bahkan ketika Islam datang untuk mengembalikan kehormatan dan martabat perempuan, baik dalam konsep ajran maupun  dalam contoh keteladanan yang diberikan Rasulullah saw. umat dan bangsa-bangsa Muslim masih juga belum mampu
mengaktualisasikan dalam kehidupan sosial.


Akibat dari ketidakadilan peran gender yang sudah membudaya tesebut, permpuan mengalami proses marginalisasi, subordinasi, stereotip keperempuanan yang cenderung negative, tindak kekerasan dan pelecehan serta beban kerja domestik yang terlalu banyak. Sementara itu gerakan menuju kesetaraan gender sering mendapat perlawanan dan hambatan karena ketidakmengertian mengapa status perempuan harus dipertanyakan, serta mengapa hak-hak istimewa yang dimiliki dan dinikmati harus digugat.


Timbulnya kendala tersebut sangat berat, karena mempertanyakan status perempuan pada dasarnya adalah mempersoalkan sistem dan struktur masyarakat yang sudah mapan selama ribuan tahun. Mengingat hambatan dan kendala tersebut, maka gerakan feminisme sebagai gerakan untuk mengembalikan harkat dan martabat  akum perempuan serta membebaskannya dari pelecehan,
penderitaan dan beban-beban yang tidak proporsional, tuntutan-tuntutan yang berlebihan serta pemikiran-pemikiran yang reaktif yang seringkali menentang sunnatullah (konstitusi alamiah). Dekonstruksi ideologis dan sosiokltural yang ditawarkan haruslah melalui proses penyadaran yang ikhlas. Proses yang melewati dimensi-dimensi kognitif, afektif dan psikomotor sehingga mampu mengantisipasi problem gender secara kritis dan proporsional.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar